Jumat, 20 Agustus 2010

In that late December

Matanya menatap nanar. Satu butir air mata meluncur cepat di wajahnya. Ia berbalik dan lari sekencang-kencangnya. Tidak tentu arah. Yang penting jauh dari tempat itu pikirnya.


Sampai di sebuah taman ia terhenti. Mencoba mengatur nafas. Ia berjalan dengan perlahan ke sebuah bangku di sudut taman itu. Air mata tetap mengalir deras dari kedua bola matanya.


Adegan yang tadi ia lihat di sekolah terus berputar di pikirannya. Ia ingin tidak percaya, tapi kejadian tadi betul-betul terjadi. Nafasnya kembali sesak tak beraturan. Air mata turun lebih deras lagi. Ia mengangkat satu tangannya, menekan dadanya. Di dalam sana, terasa perih. Sakit.


“Claudie?” sapa seseorang. Claudie mendongak, dengan sisa air mata di pipi. “Vian,” ia lega melihat siapa yang berdiri di sana. Alvian Widiatmo. Sahabatnya, sedang menatap dengan khawatir juga heran.


“Kamu ngapain coba ke taman sendirian, mana hp kamu nggak diangkat-angkat lagi...” omelan vian terhenti ketika dia memperhatikan wajah claudia lebih jauh. “Eh, claudie kamu habis nangis ya? Kenapa?”


Claudia hanya tersenyum sedih melihat sahabatnya. Menimbang, apa dia harus menceritakan tentang kejadian di sekolah tadi atau tidak. “Aku tadi ke sekolah, mau ngasih surprise ke Alfa. Tapi tadi aku malah lihat dia sama . . .” kata-kata claudia terhenti. Hatinya kembali terasa sakit


”Kamu liat alfa sama siapa?” tanya Vian.


”Aku liat dia lagi jalan sama Angel,” Claudia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan. ”Mereka gandengan. Terus alfa ngasih bunga ke Angel sambil minta angel jadi pacarnya,” Claudia kembali terisak. Jauh lebih keras dari sebelumnya.


”HAH? Kamu serius Claud? Brengsek! Biar aku hajar anak itu sekarang,” Alvian melompat berdiri, bersiap pergi untuk menghajar lelaki yang menyakiti hati sahabatnya.


Tapi belum sempat Alvian pergi, sebuah tangan mencegahnya. ”Jangan Al. Kasian, please jangan.” lirih Claudia.


”Kasian? Kamu kok bisa sih kasian sama dia!? Dia itu udah nyakitin kamu Claud. Bisa-bisanya dia jadian sama cewelain sedangkan kalian belum putus.”


”Aku tahu Al. Tapi . . .”


”Tapi apa? Aku kan udah bilang sama kamu, kalau aku akan menghajar siapapun yang berani nyakitin kamu. Lagian Alfa itu udah keterlaluan, berasa ganteng banget kali ya. Jelas jelas yang ganteng aku (A/N : Alvian ngelawak. *penulis di lempar golok*).


”Jangan Al. Please. Biar aku yang bicara dulu sama dia. Oke?” pinta Claudia.


Alvian tertegun. Menatap wajah sahabatnya yang sangat sedih. Perlahan ia mengangguk.


“Thankyou al. Kita pulang yuk.” ajak claudia. Berdua mereka meninggalkan taman tersebut.



Alfa berdiri ragu di depan sebuah coffeshop. Ia heran kenapa Claudia tiba-tiba ingin bertemu dengannya. ”Jangan-jangan . . . ” pikir Alfa cemas. Segera ia melangkahkan kaki ke dalam coffe shop itu.


Hatinya mencelos melihat seorang gadis yang duduk di sebuah kursi di sudut cafe. Gadis yang biasanya selalu memancarkan aura ceria itu, tiba-tiba menjadi sangat murung dengan wajah suntuk. Alfa pun berjalan menghampiri gadis itu.


”Hai Claudia.” sapanya sambil tersenyum manis.


Claudia balas menatapnya sambil tersenyum tipis. Matanya menyiratkan kepedihan. Sebisa mungkin ia mengontrol emosinya, agar tidak menitikkan air mata saat itu. ”Hai Alfa.” katanya pelan


”Audie, kok kamu keliatan sedih banget? Kenapa?” tanya Alfa heran.


Ia hanya meringis. Berusaha menekan nyeri dalam hatinya. Ternyata Alfa benar-benar tidak menyadari apa yang terjadi. Claudia terdiam beberapa saat, menatap wajah tampan di depannya. Menghela nafas, membulatkan tekad.


”Fa, aku mau ngomong sesuatu ke kamu.”


”Ngomong apa claud? Serius banget sih” tanya Alfa was-was


“Aku minta kita putus.” Hati claudia serasa di iris-iris dengan pisau super tajam dengan tenaga berlebih (masih sempet ngelawak *penulis dikeroyok masa*)


JEGER.


Petir menyambar *padahal di luar café panas* *di tampol*


“Apa!? Kenapa kamu minta putus claud?” cecar alfa frustasi.


”Kamu masih tanya kenapa aku minta putus al?”


”Aku bener-bener gak tau alasan kamu claudia. Please”


”Alasan aku. Gimana kalau aku bilang aku minta putus karena, aku nggak mau menghalangi hubungan kamu dengan Angel. Cukup jelas?” satu bulir air mata hampir saja jatuh dari mata Claudia.


”Ap..Apa? Kamu ngomong apa sih Claud?” Alfa masih memasang tampang sok-begonya (lempar gerobak)


”Kamu jangan pura-pura lagi Fa. Aku kemarin liat kamu di sekolah. Kamu minta angel jadi pacar kamu kan?” suara Claudia bergetar menahan emosi.


”Aku . . . Claudia. Maaf.” kata Alfa. Dia benar-benar tidak bisa mengelak lagi, karena Claudia telah mengetahui semuanya.


”Nggak apa-apa Fa. Aku doain kamu langgeng ya sama Angel. Aku pulang dulu. Bye-bye” Claudia bergegas keluar dari coffee shop tersebut.


”Claudia! Tunggu.” kejar Alfa


Tapi terlambat. Claudia sudah terlebih dulu masuk ke sebuah mobil. Alfa hanya bisa termangu melihat mobil itu melaju kencang. Tepat sebelum mobil itu pergi, Alfa bisa melihat wajah Claudia yang bersimbah air mata. Dan juga tatapan marah Alvian.


Tiba-tiba di dalam hatinya ada bagian yang hampa. Ia teringat wajah penuh air mata Claudia. Alfa sadar, hari ini ia kehilangan sesuatu.


I’m not fine. I’m in pain

It’s harder everyday

Maybe we’re better of this way

It’s better that we break


Claudia Fatharani. Gadis cantik bermata coklat dan berambut ikal hitam yang indah. Ia seorang gadis yang sangat pintar juga ramah kepada semua orang. Sangat pandai menari, mempunyai seorang sahabat sejak kecil bernama Alvian Widiatmo. Mereka selalu bersama, lengket seperti perangko. Tentu saja, karena mereka sudah bersama sejak kecil.


Pikir orang hidupnya sangat sempurna. Mempunyai kedua orang tua dan kakak yang sangat sayang padanya. Punya sahabat yang walaupun terkadang menyebalkan dan kelewat pede tapi penuh pengertian. Juga teman-teman yang menyukainya. Dan ia punya seorang Alfandy Rahardian.


Alfandy Rahardian. Lelaki yang sudah menjadi pacarnya selama satu tahun ini. Orang yang baik dan penuh perhatian. Claudia sangat menyayangi Alfa. Begitu pula sebaliknya. Claudie selalu beranggapan bahwa ia dan Alfa akan everlasting.


Ia sangat menikmati hidupnya. Menjalani hari-hari dengan penuh senyum dan semangat. Di kelilingin oleh orang-orang yang sangat ia sayangi.



Sampai suatu hari ia tersadar. Bahwa hidup bukanlah dongeng, yang selalu berakhir bahagia.


____________________________________________________________________________________


HAHAHAHAHA SETELAH GUE BACA ULANG CERITA DI ATAS


GELAY TINGKAT DEWA MEEEEEN!


HAUAHHUAUAHAHA. gila gue emg gak berbakat ya nulis. apalagi nulis cerita (sok) romantis kek gini


aduhhh haahah. gak tau nih tiba-tiba pingin aja ngepost kek gini swt.


mau baca kelanjutannya gak?


ntar ya next post insyaallah *berasa ada yang baca* EHEHEH :D


byee salam galau (??)

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

  1. Cerita benyek yang ingin membuat saya........ melempar penulis dgn tronton (???) oke jangan tronton karena saya selalu menggunakan tronton untuk melempar penulis. Mari kita lempari penulis dengan bom atom yang kita hasilkan dan sangat bau itu. Oke jadi out of topic gini. Pokoknya ditunggu cerita selanjutnya. Salam galau untuk penulis \m/

    BalasHapus