YIHAAA kembali lagi dengan saya di sini *brb muntah darah*
Sekarang chap 3. Gila gue semangat banget bikinnya entah kenapa.
Chapter ini kebanyakan pake POV yap (point of view)
Pokoknya di chap ini yang melas banget si alvian dai.
Oh iya nanti ada kakak & pacar kakaknya alvian, and you know what namanya siapa?
Jengjeng
Gamaliel Puradiredja –kakak alvian
Cardinsa Audrey Putri – pacarnya Gamaliel
HAHAHAHAH see? Gila gak kreatip gua. Abis gue rada gemes ngeliat gamalaudrey di dunia nyata yang Cuma kakak adek. Padahal cocok kalo pacaran (apajih lam -___-) oh iya kenapa namanya Gamaliel itu Puradiredja? Pertama karena biar mirip sama Angga & Widi maliq & d’essentials (gak kreatip lagi, *penulis di lempar laptop*), terus yang kedua namanya Alvian tuh harusnya : Alvian Widiatmo Puradiredja. Tapi karena kepanjangan jadi Alvian Widiatmo ae.
Oke stop bacot.
Here we goes . . .
In that late December. Chap : 3
“This is what I mean a beautiful life! And the question is ‘for who?’”
This story is purely Mine : Nilarquette (neutronlm)
Read and Review please? *puppyeyes* C:
Warning : GAJE, (SOK) Romantis, Lebay
Catching tales baby . . . .
Agustus 2008
Alvian’s POV
Dengan malas aku melangkahkan kaki keluar kelas. Heran kenapa malas? Tentu saja malas. Setiap jam pulang sekolah para cewek-cewek yang –katanya- menyukaiku akan mengumpul seperti semut di depan kelasku. Ribut cekikikan tidak jelas seperti nenek lampir. Sebenarnya aku sudah merasa gerah dengan perlakuan mereka, tapi tak bisa seenaknya mengusir mereka. Dan sekarang apa yang mereka lakukan? Saling sikut sambil senyum-senyum gaje ke arahku? For god’s sake ada apa dengan makhluk-makhluk ini? Tak bisakah mereka bersikap normal seperti, Claudia!?
Claudia. Ya dia. Aku sudah mengenal Claudia nyaris sepanjang hidupku. Aku tak ingat kapan kami pertama kali bertemu. Tapi aku masih ingat bagaimana rupanya saat itu. Gadis dengan rambut hitam sebahu, berkulit putih, menampilkan aura ceria, bermata indah, mengenakan celana pendek putih dan baju kaus ungu, sedang mengagummi bunga matahari di depan rumahnya. Cantik. Sejak dulu aku mengakui kalau dia memang cantik.
Suatu hari aku dan Gamaliel –kakakku- sedang bermain bola di taman kompleks rumah kami. Tiba-tiba ada suara yang membuat kami terlonjak kaget. “Aku boleh ikut main?” itu Claudia. Aku menatapnya dengan heran, “memang kamu bisa main?” tanyaku agak ragu. Bagaimana tidak, melihat penampilannya yang sudah seperti boneka Barbie (-__-). “Tentu saja,” jawabnya yakin. “Oh oke deh. Ayo main. Tapi kenalin dulu namaku Gamaliel, dan ini adikku Alvian.” Kakakku itu memperkenalkan diri kami. “Aku Claudia. Senang sekali berkenalan dengan kalian. Kak Gamaliel dan Alvian.” Sahutnya sambil tersenyum manis.
Jujur saja saat itu aku agak tertegun, aku belum pernah melihat seorang anak perempuan yang sangat manis dan cantik seperti Dia. Dan ternyata walaupun dia sangat feminin, dia jago bermain sepak bola. Bahkan dia mau ku ajak bermain sepeda dengan kecepatan menggila. Sejak saat itu aku, Gamaliel, dan Claudia merajut persahabatan hingga sekarang.
Selama ini aku meyayangi Claudia seperti adikku. Adik kecil yang manis. Penyegaran di antara kejenuhanku ketika terlalu sering beradu argument dengan Gamaliel. Tapi entah sejak kapan perasaan itu berubah.
Claudia yang kukenal adalah seorang anak perempuan yang penampilannya anggun tapi berkepribadian kuat. Seorang yang sifatnya sangat dewasa. Ia cinta hujan, music, film, dan buku. Selain itu dia Selain itu dia jago menari. Dan kalian tahu? Dia pandai mengarang cerita juga puisi.
Terkadang aku suka berkhayal kalau puisi-puisi cintanya adalah untukku. Aneh memang. Tapi memang kuakui satu hal, bahwa aku jatuh cinta padanya. Aku tidak tahu kapan, mungkin sejak pertama kali melihatnya. Atau sejak pertama kali bermain bersamanya. Aku tidak tahu. Yang kutahu aku mencintainya, dengan caraku sendiri.
“Hey Al,” sapa seorang cowok. Alfa.
“Kenapa fa? Awas lo curhat soal Claudia lagi. Hahahaha” kataku dengan sedikit mengancam. Alfa tidak menghiraukan perkataanku tentang jangan-curhat-soal-claudia. Ia hanya nyengir-nyengir gaje.
“Yah jangan gitu dong fa. Gue lagi pingin berterima kasih nih sama lo. Selama sebulan ini gue jadi tambah sangat amat dekat dengan Audie. Thankyou bro.”
“Hn.” Jawabku singkat sambil sedikit mendengus
“Tanggal 8 besok pas sekolah kita bikin pensi gue mau nembak dia Al.”
JEGER
Aku kaget sekali mendengar perkataannya. Juga ada perasaan cemburu yang menggerogoti hatiku. Akhirnya aku hanya tersenyum tipis sambil menggumam “selamat deh fa.”
“wey jangan gitu bro. Hahaha. Belum juga nembak, masa udah di selamatin?”
Lagi-lagi aku hanya tersenyum mendengar perkataannya.
“Hm. Yaudah deh Al, gue pulang duluan. Tadi Claudia minta di antar ke tempat les ballet.” Kata Alfa. Dan dengan itu dia langsung menghilang dengan kecepatan cahaya *lebe*
Sini aku jelaskan. Setelah sebulan lalu aku mengenalkan Alfa dengan Claudia, mereka jadi tambah dekat. Ralat. Sangat dekat. Aku merasa agak terlupakan oleh Claudia. Tapi aku tidak marah. Tidak akan pernah.
Aku sudah bilang. Aku mencintai Claudia dengan caraku sendiri. Dan inilah caraku. Membiarkannya menenun kebahagiaan dengan Alfa. Kalian pikir aku terlalu pasrah? Tidak juga.
Hari itu aku dan Claudia sedang duduk di ayunan taman kompleks rumah kami. Entah kenapa wajahnya terlihat begitu bahagia. Di tangannya melingkar sebuah gelang. Tanpa diminta Claudia menceritakan asal gelang itu. Gelang pemberian Alfa. Saat itu aku menatap mata coklatnya, dan menemukan satu hal. Claudia jatuh cinta.
Itulah yang membuatku membiarkannya jadi lebih dekat dengan Alfa. Karena aku juga tahu, kalau alfa juga jatuh cinta pada Claudia. Memang sakit. Tapi kalian harus tahu satu hal.
Bahwa, jatuh cinta itu menurutku hal yang sangat menyenangkan. Walaupun kadang ada perih hinggap di sana. Lebih menyenangkan ketika perasaan kita terbalas. Namun ada satu hal yang jauh lebih membahagiakan, yaitu ketika kita mengetahui bahwa orang yang kita cintai itu bahagia. Tidak peduli dengan siapa yang penting ia bahagia pikirku.
Alvian’s POV : END
Sebuah mobil melaju kencang. Di dalam sana ada Claudia dan Alfa. Mereka sedang menuju tempat latihan Ballet Claudie. Lagu dari Maliq & D’essentials mengalun lembut di dalam sana. #nowplaying Dia *berasa twitter* *penulis dikeroyok pembaca*
Mata Claudia melebar mendengar lagu yang diputar. “Aku gak tau, kalau kamu suka Maliq fa. Hahaah.” Katanya. Alfa menoleh, menatap wajah cantik di sampingnya, “Hahaha. Iya ya, aku belum cerita. Aku sih suka sama mereka. Bagus lagunya.”
“Bener fa. Aku suka banget malah sama mereka. Lirik lagunya itu loh, so deep.”
“Wah sama. Berarti kita jodoh.”
EH?
Satu kata itu cukup membuat muka claudia blushing. Alfa juga begitu. Dalam hati ia sibuk merutuki dirinya sendiri yang keceplosan. Selama sisa perjalanan, keduanya terdiam canggung.
8 Agustus 2008
Claudia sedang berdiri sambil memegang camera SLR di tangannya. Di sebelahnya ada lima gadis cantik juga sedang memegang benda yang sama. Mereka adalah sahabat-sahabat Claudia. Mari perkenalkan, punten (?)
TENOOOT TENOOOT
SARI ROTIIII
HEH! KENAPA ADA SARI ROTI LAGI!? *penulis di gantung*
Ehem,
Maaf
Kenalkan yang pertama :
-Adelia Denanda, anak cantik dengan rambut coklat sepunggung. Sangat tinggi seperti model. Orangnya lumayan pendiam tapi terkadang bisa gila sampai mati (????).
-Quinzha Valerina, kembaran Adelia. Tapi bukan kembar identik. Orang saja tidak percaya kalau mereka kembar. Karena Adelle tinggi dan Quin pendek *sarkas*. Tapi mereka sama-sama pintar dan cantik. Bedanya Quin super gila dan sangat toa
-Fitrania Putri, anak yang cantik dan alim. Paling pendiam dari mereka berenam. Tapi sama seperti Adelle, Tania bisa jadi sangat gila.
-Nandira Chandrakesuma, anak yang sangat lucu. Patner gila Quin. Tapi kalau sudah ada Claudie bergabung, pasti dunia akan BERGUNCANG HEBOH *lebe* *digaplok*. Mereka bertiga emang biang ribut.
-Clara Abigail, sering dibilang kembaran dengan Claudia. Karena mereka memang mirip. Tapi bedanya kalau Clara itu entah kenapa agak centil. Paling seneng dandan di antara mereka
OKE CUKUP KENALANNYA. SANA BUBAR NGECES AJA NGELIAT CEWEK CAKEP (penulis lagi gila) *di kejar-kejar warga*
Mereka berenam memang anggota klub fotografi, kebetulan mereka sekelas. Entah kenapa claudia merasa teman-temannya hari ini agak aneh. Suka menatapnya dengan agak geli dan kegirangan. Tapi mereka nggak mau ngaku ada apa.
Alfa dan Alvian seminggu ini juga rada aneh. Tuh anak dua jadi agak pendiem. Dan sudah tiga hari ini Alfa tidak menelepon atau mengsmsnya. Jujur Claudia agak sedih dan kangen. Tapi dia juga sadar nggak punya hak untuk marah. Dia kan bukan siapa-siapa Alfa.
Bahkan Kak Calvin dan Kak Gamaliel juga Kak Audrey terlihat aneh. Kak Calvin suga menggoda dia kalau ada telfon atau sms dari Alfa. Kak Gamaliel juga begitu, tapi bedanya kak Gamal nunggu kalau gak ada Alvian baru ngecengin dia. Kak Audrey tiba-tiba sering nanya-nanya soal Alfa.
Aneh? BANGET
Sementara di panggung, band Alfa sedang menyanyikan lagu terakhir. Oh iya FYI, alfa aalah vocalis grup band di sekolahnya. Alfa terlihat tersenyum. Terlihat sedikit rona merah di wajah Claudia. Lalu dia bersikap seakan tak peduli. Sampai di dengarnya suara alfa.
”Err. Maaf. Tapi gue masih mau bawain satu lagu lagi. Lagu yang spesial . . .” alfa dengan sengaja menggantung kalimatnya.
”HUU SIAPA TUH?” banyak anak berteriak penasaran. Termasuk Claudia.
Alfa menarik nafas panjang. Gitar siap di tangan ”Lagu ini buat Claudia,”
JLEB
JLEB
Muka Claudia super meraaaaah. Teman-temannya langsung berteriak kegirangan. Tapi semuanya langsung hening ketika mendengar ada petikan gitar.
Alfa mulai menyanyi
Temukan apa arti di balik cerita
Hati ini terasa berbunga-bunga
Membuat seakan aku melayang
Terbuai asmara
Adakah satu arti di balik tatapan
Tersipu malu akan sebuah senyuman
Membuat suasana menjadi nyata
Begitu indahyan
Dia seperti apa yang slalu ku nantikan aku inginkan
Dia melihatku apa adanya
Seakan ku sempurna
Tanpa buah kata kau curi hatiku
Dia tunjukkan dengan tulus cintanya
Terasa berbeda saat bersamanya
Aku jatuh cinta
Selesai menyanyikan lagu itu Alfa berjalan turun. Menuju ke satu titik. Menuju ke Claudia. Sedangkan Claudia hanya bisa diam terpaku.
Ia berhenti tepat di depan Claudia. Kemudian ia memandang gadis di depannya. Inilah gadis yang telah menyita seluruh pikiran dan hatinya.
Hening
Hitam bertemu coklat
SARI ROTI *dibekep masa*
Ehem mari kembali ke suasana tadi
Alfa menarik keluar setangkai bunga matahari. Menyodorkannya ke arah claudia, menarik nafas untuk mempersiapkan diri.
”Claudia, would you be mine?”
Wajah claudia tidak bisa lebih merah lagi. Ia mengeluarkan ekspresi
IT’S SOOOO FLUFFY I’M GONNA DIE!!!!
Ehem maaf tak santai.
Claudia maju selangkah. Mengambil bunga di tangan alfa dan berbisik “Aku mau.” Wajah Alfa berubah menjadi sangat gembira, dipeluknya tubuh mungil cewe di hadapannya. Sekolah heboh. Ramai.
Ia hanya bisa tersenyum pahit melihat pemandangan di bawah
Detik itu juga Alvian berbalik, menghela nafas dan bergumam
”Je t’aime Claudia”
Does he watch your favorite movies?
Does he hold you when you cry?
Does he let you tell him all your favorite parts?
When you've seen it a million times
Does he sing to all your music?
While you dance to purple rain
Does he do all these things?
Like I used to?
nilaaaam, bagus kok ceritanyaaaa u,u. unyuuu aja~ tapi penulisnya plis deh, minta digampar :p wkwkwk unyu unyu bgt pake lagunya maliq! bikin meltiiiiing boooooo unyuuu~
BalasHapusmemang bikin melting. tapi kasian banget ya si alviannya :(((( gua mau nangis dah mana lagunya "Like we used to" AAAAA. thanks for review yap :D
BalasHapus